A. Kerajinan
Gerabah Kasongan
Pada hari kedua, tempat yang kami kunjungi adalah Sentra
Kerajinan Gerabah Kasongan. Bekerja sama dengan UPT Kasongan, kami disambut
oleh Bapak Suwarjo (52) yang memberi banyk informasi tentang beberapa aspek
yang berkaitan dengan Kerajinan gerabah yang ada di Kasongan.
1. Sejarah
dan Perkembangan
Kasongan mulanya merupakan tanah pesawahan milik
penduduk desa di selatan Yogyakarta. Pada Masa
Penjajahan Belanda di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah
satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan
milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang
memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian
tidak diakuinya lagi. Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang
memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena
banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah
tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi
menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak
pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan
anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang
turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
Sejak tahun 1971-1972,
Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat. Sapto Hudoyo (seorang seniman
besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina
masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan
seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang
dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat
memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam
skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980an.
2. Proses
Pembuatan
Kerajinan gerabah berbahan baku tanah liat. Adapun tanah
liat yang dipakai adalah tanah liat campuran antara tanah liat yang ada di
Kasongan, Sukabumi dan Bayat. Hal ini dilakukan karena setiap tanah liat
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dan berdasarkan pengalaman, campuran
3 tanah liat di atas adalah yang terbaik. Sedangkan teknik pembentukan grabah
bermacan-macam. Antara lain: Teknik cetak, pilin, slap, dan putar. Setelah
bentuk dasar selesai, biasanya proses yang dilakukan adalah penambahan ornament
atau hiasan. Dapat juga dilakukan proses pewarnaan alami dengan tanah liat
merah. Sesudah itu grabah dianginkan sampai kadar airnya menjadi minim.
Proses vital
dalam tahapan pembuatan kerajinan ini adalah pembakaran. Secara garis besar ada
2 teknik pembakaran, yaitu : Pembakaran ladang (menggunakan tungku tradisonal)
dan pembakaran dengan oven. Perbedaan mendasar daru kedua teknik di atas dalah
derajat panas yang dihasilkan. Untuk kerajinan gerabah biasa, cukup menggunakan
pembakaran ladang. Sedangkan untuk keramik yang butuh suhu tinggi digunakan
pembakaran dengan oven.
Proses yang terakhir adalah finishing. Finishing
dilakukan dengan pengecatan. Untuk keramik dapat dilakukan pengcatan atau
dengan teknik glasir.
3. Pemasaran
Menurut Bapak Suwarjo (52) para pengrajin di kasongan
berproduksi sesuai pesanan. Hal ini dapat menghindarkan perajin dari kerugian.
Karena selera pasar terus berubah. Adapun pemasaran kerajinan gerabah ini
sangat luas, meliputi kota-kota baik di Jogjakarta, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur. Bahkan beberapa produk telah menembus pasar manca Negara.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Artikel Hasil Penilitian | Kerajinan Gerabah Kasongan | Jogjakarta Jawa Tengah di blog Makalah Pendidikan Seni Rupa | Artikel Seni Budaya jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.
1 comments :
trimakasih infonya...
Balasizin copas ya min... sukses selalu...