Powered by Blogger.

Artikel Hasil Penilitian | Kerajinan Perak Ansor’s Silver | Yogyakarta Jawa Tengah

A.  Kerajinan Perak Ansor’s Silver
1.      Sejarah
Ansor’s Silver adalah produsen kerajinan tangan perak yang sudah berdiri sejak tahun 1956. Didirikan oleh bapak Ansor Karto Utomo. Berpusat di Jl. Tegal Gendu No. 28, Kotagede, Yogyakarta. yang terkenal sebagai sentra kerajinan perak, Ansor’s Silver merupakan salah satu penghasil kerajinan perak terbesar di Jogja.
Produk Ansor’s Silver meliputi perhiasan, miniatur, aksesoris dekorasi, peralatan makan, dll; semuanya terbuat dari perak murni dengan 800-925 karat. Produk tersebut dibuat oleh pengrajin-pengrajin yang berpengalaman dan memiliki cita rasa seni yang tinggi.
Ansor’s Silver memiliki outlet yang tersebar di kota-kota besar seperti Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Jakarta, Denpasar, dan Magelang.
2.      Proses Pembuatan
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat kerajinan perak adalah perak dan tembaga. Perak yang dijadikan bahan dasar kerajinan adalah perak yang telah dicampur dengan tembaga. Karena perak murni terlalu lembek untuk diolah. Adapun perbandingannya adalah 100% perak dicampur dengan 7,5% tembaga. Hasilnya adalah perak yang berkadar 9,25%. Setelah Perak dan Tembaga melalui proses peleburan, maka bahan baku kerajinan siap digunakan.
Secara garis besar, Ansor’s silver membuat 2 jenis kerajinan berdasarkan bentuk dasar bahan yang digunakan. Yaitu :

a.       Gilapan : Kerajinan berbahan dasar lembaran perak.
Prosesnya adalah : Lembaran perak dipotong sesuai ke`butuhan, ditatah diatas tatakan(jabung) kemudian diukir sesuai motif dan bentuk yang diinginkan. Setelah selesai Bagian-bagian yang telah dibentuk dengan tatah tersebut dirangkai dengan patri. Kemudian melalui proses finishing agar hasilnya mengilap.
b.      Trap : Kerajinan dengan bahas dasar benang perak
Proses pembuatannya adalah : Menyesuaikan diameter benang dan membentuk penampang benang perak sesuai kebutuhan. Benang yang sudah dibentuk kemudian dibentuk sesuai desain diatas kertas yang diberi lem. Pembentukan dimulai dengan out line kemudian diteruskan dengan member isian dengan benang-benang serupa. Setelah selesai kemudian dipatri adagr tidak lepas satu sama lain. Yang terakhir adalah finishing agar kerajinan tampak mengilap dan menarik.
Menurut salah seorang pekerja, membuat kerajinan perak tidaklah mudah, butuh ketekunan karena hampir semua proses dilakukan dengan cara manual. Penulis dalam kesempatan kunjungan sempat mencoba membuat anting-anting dari benang perak, ternyata sangat sangat sulit untuk membengkokkan benang perak yang berukuran kecil.
3.      Pemasaran
Kerajinan perak Ansor’s silver dipasarkan di outlet-outlet yang tersebar di berbagai besar di jawa dan bali. Selain membuat produk untuk dipasarkan secara langsung, Ansor’silver juga mengerjakan pesanan yang desainnya dapat dibuat sendiri oleh konsumen. Sebagian produk Ansor’s silver dipasarkan oleh tengkulakndan dijual dengan merek lain. Namun khusus untuk pasar ini desain kerajinan bukanb dari pemesan namun tetap desain-desain dari ansor’s silver.
B.   Universitas Negeri Yogyakarta
Kunjungan ke Jurusan Seni Rupa dan Kerajinan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta merupakan bagian dari rangkaian kegiatan KKL Seni Rupa Tradisi. Jurusan Seni Rupa dan Kerajinan UNY dapat dikatakan sebagai saudara tua Prodi Seni Rupa UNS. Karena letak geografis Solo-Jogja tidak jauh, maka interaksi antara 2 lembaga ini diharapkan dapat berjalan dengan baik dan bermanfaat untuk kemajuan kedua belah pihak pada khususnya dan seni rupa pada umumnya.
Kunjungan Mahasiswa semester V dalam rangka KKL Seni Rupa Tradisi kali ini membawa misi untuk bertukar wawasan dan untuk menjalin hubungan kekeluargaan diantara mahasiswa semester V yang selama ini belum saling mengenal.
Sekitar pukul 12 siang rombongan kami tiba di UNY. Setelah melaksanakan sholat dzuhur kami di sambut oleh mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Seni Rupa dan Kerajinan (Hima Seruker). Bertempat di ruang kelas yang sederhana kami bekumpul dan didampingi 2 dosen dari UNS dan 4 dosen dari UNY kami berkumpul. Acara diawali oleh pembukaan yang disampaikan oleh bapak Dr. Slamet Subiayantoro M.Si yang secra sekilas memberikan pengantar tentang mata kuliah KKL. Sambutan kedua disampaikan oleh Bapak Muria Zuhdi, Ketua Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni UNY. Setelah itu sesi diskusi dimulai dengan materi seputar KKL yang disampaikan oleh figure Rahman Fuad dari Senu Rupa FKIP UNS. Setelah itu dilanjutkan oleh Fjar, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS UNY dengan materi seputar perbandingan pendidikan seni rupa formal dengan pendidikan non-formal. Fajar berpendapat bahwa pendidikan seni rupa di sekiloah-sekolah formal sekarang bersifat kaku dan tidak sebebas pendidikan seni rupa non-formal. Setelah uraian usai Bapak Muria Zuhdi memberikan tanggapan bahwa pendidikan seni rupa formal sebenarnya sudah diatur sesuai dengan keadaan dan kemampuan peserta didik.

Pada akhir acara bapak Dr.Slamet Subiantoro, M.Si ingin menyampiakan materi KKL secara rinci namun karena keterbatasan waktu maka materi beliau tidak dfapat disampaikan. Setelah acara dalam ruangan usai, acara selanjutnya adalah berkeliling untuk melihat kondisi laboratorium yang dimiliki oleh Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS UNY. Dimulai dari laboratorium keramik, kemudian berlanjut ke laboratorium tekstil, patung, logam dan lukis. Setelah berkeliling rombongan Mahasiswa Seni Rupa FKIP UNS memasuki ruangan kembali untuk mohon pamit dan menyerahkan kenang-kenangan untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Taman Sari.


C.    Taman Sari
Rombongan Mahasiswa Seni Rupa FKIP UNS tiba di Taman Sari sekitar pukul 15.00. Rombongan disambut oleh bapak Okto yang sebelumnya telah siap dengan kedatangan rombongan dari Seni Rupa UNS Solo. Bapak Okto memberikan sedikit petunjuk untuk mengikuti
1.      Sejarah
Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah sebuah situs bekas taman atau kebun istana (Keraton Yogyakarta. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman ini memiliki luas lebih dari 10 hektar dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklah Tumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Disebutkan bahwa salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang lebih dikenal dengan Demang Tegis.

2.      Bangunan

Kompleks Taman Sari dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.

a)    Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Pada zamannya, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut "Segaran" (harfiah=laut buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta taman dan kebun yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan Sultan dan keluarga kerajaan. Sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman. Bangunan-bangunan yang tersisa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

1)   Pulo Kenongo
Di tengah-tengah Segaran terdapat sebuah pulau buatan, "Pulo Kenongo", yang ditanami pohon Kenanga famili Di atas pulau buatan tersebut didirikan sebuah gedung berlantai dua, "Gedhong Kenongo". Gedung terbesar di bagian pertama ini cukup tinggi. Dari anjungan tertingginya orang dapat mengamati kawasan Keraton Yogyakarta dan sekitarnya sampai ke luar benteng baluwarti. Konon Gedhong Kenongo terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi berbeda. Dari jauh gedung ini seperti mengambang di atas air. Oleh karenanya tidak mengherankan jika kemudian Taman Sari dijuluki dengan nama "Istana Air".
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat deratan bangunan kecil yang disebut dengan "Tajug". Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara bagi terowongan bawah air. Terowongan ini merupakan jalan masuk menuju Pulo Kenongo selain menggunakan sampan/perahu mengarungi danau buatan. Dahulu di bagian barat pulau buatan tersebut juga terdapat terowongan, namun kondisinya sekarang kurang terawat dibandingkan dengan terowongan selatan.
2)   Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling
Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan "Pulo Cemethi". Bangunan berlantai dua ini juga disebut sebagai "Pulo Panembung". Di tempat inilah konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya sebagai "Sumur Gumantung", sebab di sebelah selatannya terdapat sumur yang menggantung di atas permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini konon dengan adalah melalui terowongan bawah air. Saat ini bangunan ini juga tinggal puing rerutuhan saja.
Sementara itu di sebelah barat Pulo Kenongo terdapat bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang disebut "Sumur Gumuling". Bangunan berlantai dua ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling secara tradisional konon digunakan sebagai masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin ibadah. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudlu.
b)   Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan segaran merupakan bagian yang relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan sedangkan taman dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini merupakan bagian utama yang banyak dikunjungi wisatawan.

1)      Gedhong Gapura Hageng
"Gedhong Gapura Hageng" merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Kala itu Taman Sari menghadap ke arah barat dan memanjang ke arah timur. Gerbang ini terdapat di bagian paling barat dari situs istana air yang tersisa. Sisi timur dari pintu utama ini masih dapat disaksikan sementara sisi baratnya tertutup oleh pemukiman padat. Gerbang yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini berhiaskan relief burung dan bunga-bungaan yang menunjukkan tahun selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa (kira-kira tahun 1765 Masehi).
2)      Gedhong Lopak-lopak
Di sebelah timur gerbang utama kuno Taman Sari terdapat halaman bersegi delapan. Dahulu di tengah halaman ini berdiri sebuah menara berlantai dua yang bernama "Gedhong Lopak-lopak", versi lain menyebut gopok-gopok. Sekarang (Januari 2008) gedung ini sudah tidak ada lagi. Di halaman ini hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya. Pintu di sisi timur halaman bersegi delapan tersebut merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun.
3)      Umbul Pasiraman
"Umbul Pasiraman" atau ada yang menyebut dengan "Umbul Binangun" (versi lain "Umbul Winangun") merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri beliau, serta para putri-putri beliau. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat. Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur. Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.
Bangunan di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri (selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama "Umbul Muncar". Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras". Di selatan Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya. Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk istirahat Sultan. Menara di bagian tengah konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan puterinya yang sedang mandi. Di selatan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam yang disebut dengan "Umbul Binangun", sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini.
4)      Gedhong Sekawan
Di timur umbul pasiraman terdapat sebuah halaman bersegi delapan. Di halaman yang dihiasi dengan deretan pot bunga raksasa ini berdiri empat buah bangunan yang serupa. Bangunan tersebut dikenal dengan nama "Gedhong Sekawan". Tempat ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya. Di setiap sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.
5)      Gedhong Gapuro Panggung
Di sebelah timur halaman bersegi delapan tersebut terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Gapura Panggung". Bangunan ini memiliki empat buah jenjang, dua di sisi barat dan dua lagi di sisi timur. Dulu di bangunan ini terdapat empat buah patung ular naga namun sekarang hanya tersisa dua buah saja. Gedhong Gapura Panggung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun 1758 Masehi). Selain itu di bangunan ini juga terdapat relief ragam hias seperti di Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur bangunan ini sekarang menjadi pintu masuk situs Taman Sari.
6)      Gedhong Temanten
Di tenggara dan timur laut gerbang Gapuro Panggung terdapat bangunan yang disebut dengan "Gedhong Temanten". Bangunan ini dulu digunakan sebagai tempat penjaga keamanan bertugas dan tempat istirahat. Menurut sebuah rekonstruksi Taman Sari di selatan bangunan ini terdapat sebuah bangunan lagi yang sekarang tidak ada bekasnya sedangkan di sisi utaranya terdapat kebun yang juga telah berubah menjadi pemukiman penduduk.
c)      Bagian Ketiga
Bagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Oleh karenanya deskripsi di bagian ini sebagian besar berasal dari rekonstruksi yang ada. Dahulu bagian ini meliputi Kompleks "Pasarean Dalem Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa bangunan lain dan taman/kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ini yang tetap terjaga. Pasarean Dalem Ledok Sari konon merupakan tempat peraduan Sultan bersama Pemaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat meditasi. Bangunannya berbentuk seperti U. Di tangah bangunan terdapat tempat tidur Sultan yang di bawahnya mengalir aliran air. Sebuah dapur, ruang penjahit, ruang penyimpanan barang, dan dua kolam untuk pelayan begitu pula kebun rempah-rempah, buah-buahan, dan sayur-sayuran diperkirakan berada bagian ini. Di sebelah baratnya dulu terdapat kompleks kolam Garjitawati. Jika hal itu benar maka kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati dan kemungkinan besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan oleh Panembahan Senopati.
d)     Bagian Keempat
Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi di bagian ini hampir seluruhnya merupakan sebuah rekonstruksi dari sketsa serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada tahun 1812. Bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut "Pulo Kinupeng". Di atas pulau tersebut berdiri sebuah bangunan yang konon disebut dengan "Gedhong Gading". Bangunan yang menjulang tinggi ini disebut sebagai menara kota.
Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan memanjang ke arah barat serta berakhir di sisi tenggara danau buatan di bagian pertama. Di kanal ini terdapat dua penyempitan yang diduga keras merupakan letak jembatan gantung. Salah satu jembatan tersebut berada di jalan yang menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan Kidul. Bekas-bekas dari jembatan ini masih dapat disaksikan, walaupun jembatannya sendiri telah lenyap. Di sebelah barat jembatan gantung terdapat sebuag dermaga. Dermaga ini konon digunakan Sultan sebagai titik awal perjalanannya masuk ke Taman Sari. Konon Sultan masuk ke Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan Kanal terdapat kebun. Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul. Kini semua tempat itu telah menjadi pemukiman penduduk. Kebunnya telah berubah menjadi kampung Ngadisuryan sedangkan danau buatan berubah menjadi kampung Segaran.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Artikel Hasil Penilitian | Kerajinan Perak Ansor’s Silver | Yogyakarta Jawa Tengah di blog Makalah Pendidikan Seni Rupa | Artikel Seni Budaya jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :